![]() |
| Tampak Depan Tongkonan Sese' |
TANA TORAJA, DATATERKINI.ID || Dalam naungan adat yang luhur serta restu para leluhur, Ritual Mangrara Tongkonan Sese’ akan dilaksanakan pada 22 hingga 24 Desember 2025 di Kelurahan Pasang, Kabupaten Tana Toraja. Upacara sakral ini menjadi momentum suci bagi seluruh rumpun keluarga untuk kembali meneguhkan persatuan, memperbarui ikatan darah, serta menghidupkan nilai-nilai adat yang diwariskan secara turun-temurun.
Tongkonan Sese’ berakar dari leluhur Bati’na Taruk dan Limbongan, yang menurunkan sembilan orang anak, yakni Limbong, Barung, Banne, Balepe’, Kamosi, Kurra, Dare, Lobo’, dan Salle Manik. Dari sembilan anak inilah berkembang garis keturunan Tongkonan Sese’ yang hingga kini tetap terikat dalam satu ikrar adat dan persaudaraan.
Ritual Mangrara tidak sekadar menjadi penandaan fisik sebuah tongkonan, melainkan merupakan prosesi penyucian dan pengukuhan kembali rumah adat sebagai pusat kehidupan, persaudaraan, serta kebijaksanaan leluhur. Setiap tahapan ritual dijalankan dengan penuh kekhidmatan, doa, serta kepatuhan terhadap tatanan adat yang diwariskan oleh para pendahulu.
Melalui pelaksanaan Mangrara Tongkonan Sese’, seluruh keturunan dari sembilan anak leluhur diharapkan dapat kembali merajut persaudaraan, menjaga keharmonisan, serta meneguhkan komitmen bersama untuk merawat dan melanjutkan warisan adat agar tetap hidup dan bermakna bagi generasi mendatang.
Ritual ini sekaligus menjadi penegas bahwa adat Toraja bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan roh kehidupan yang terus berdenyut seiring perjalanan waktu dan dinamika kehidupan masyarakatnya.
Sekretaris Panitia Mangrara Tongkonan Sese’, Viktor Kirik Allo, mengatakan bahwa pelaksanaan ritual ini bertujuan untuk menyatukan kembali seluruh rumpun keluarga sesuai dengan adat dan warisan leluhur nenek moyang.
“Mangrara Tongkonan, atau Mangrara Banua, merupakan upacara adat Toraja sebagai wujud syukur atas selesainya pembangunan atau renovasi rumah adat (tongkonan). Ritual ini menjadi momen penting untuk menyatukan, mempererat, dan menegaskan kembali ikatan kekeluargaan seluruh rumpun keluarga besar. Prosesi adat ditandai dengan pesta adat, penyembelihan hewan seperti babi dan kerbau, tari-tarian, pembagian daging, serta penguatan identitas adat dan kebersamaan,” ujar Viktor yang juga mantan Lurah Pasang.


